Model-Model Pembelajaran Matematika
Disampaikan Oleh Edris Zahroini, S.Pd
NIP.19791226 200604 1 003
Pada Pelatihan Peningkatan Mutu Guru SMP Se-Kabupaten
Mukomuko
1. Pendahuluan
A.
Kompetensi yang diharapkan
Kompetensi yang
diharapkan adalah
1.
Peserta pelatihan mampu menguasai pengelolaan
pembelajaran matematika
2.
Peserta pelatihan mampu melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan tujuan dan
karakteristik matematika.
B.
Pentingnya mempelajari bahan pelatihan
Kurikulum KTSP
para guru diharapkan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
matematika. Untuk memunjang pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
matematika perlu di dukung dengan berbagai model pembelajaran yang relevan.
Pendekatan kontekstual dapat diterapkan pada model pembelajaran langsung, model
pembelajaran kooperatif, dan model pembelajaran berdasarkan masalah.
C.
Tujuan
Setelah
mempelajari modul ini peserta pelatihan diharapkan mampu :
1.
Menerapkan model pengajaran langsung pada pembelajaran matematika.
2.
Menerapkan model pengajaran kooperatif pada pembelajaran matematika.
3.
Menerapkan model pengajaran berdasarkan masalah pada pembelajaran matematika.
D.
Prasyarat
Sebelum
mempelajari modul ini peserta pelatihan telah mempelajari bahan pelatihan
mengenai teori-teori belajar matematika, pengembangan silabus dan pendekatan
pembelajaran matematika.
E.
Strategi pelatihan
Strategi
pelatihan yang di gunakan dalam modul ini adalah:
1.
Dijelaskan perbedaan model pengajaran, strategi, metode
dan pendekatan.
2.
Dengan tanya jawab peserta pelatihan diarahkan untuk
mengenali sifat umum beberapa model pengajaran.
3.
Dijelaskan model pengajaran langsung
4.
Peserta diminta memberi contoh materi matematika SMP yang
sesuai dengan model pengajaran langsung, kemudian mendiskusikannya.
5.
Dijelaskan model pembelajaran kooperatif.
6.
Peserta diminta member contoh materi matematika SMP yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif, kemudian mendiskusikannya.
7.
Dijelaskan model pembelajaran berdasarkan masalah.
8.
Peserta diminta member contoh materi matematika SMP yang
sesuai dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, kemudian
mendiskusikannya.
9.
Peserta di minta mendiskusikan model pengajaran yang
sesuai dengan pengajaran kontekstual.
2. Materi Pelatihan
A. Pendahuluan
Jika kita
mengajarkan suatu topik tertentu dalam matematika, maka kita harus memilih
pendekatan, strategi, metode, teknik yang sesuai dengan kodisi dan situasi anak
yang akan kita ajar, dengan kata lain harus sesuai dengan daya dukung dan
intake. Hal ini dimaksudkan agar tujuan pengajaran tercapai dengan hasil yang
baik.
Pada materi ini
akan dibahas mengenai model-model pengajaran, tapi sebelumnya akan kita
pelajari tentang pendekatan, strategi, metode dalam pengajaran.
1. Pendekatan dalam Pengajaran
Pendekatan adalah suatu jalan, cara, atau kebijakan, yang
ditempuh oleh guru dalam pencapaian tujuan pengajaran apabila kita melihatnya
dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu dkelola.
Contoh Pendekatan pendekatan dalam pengajaran matematika
antara lain: CBSA, Kontekstual, induktif, deduktif, sepiral, pemecahan masalah
dan lain sebagainya.
2. Strategi Pembelajaran
Setiap pengajaran mempunyai tujuan pengajaran, untuk
mencapai tujuan dalam topik-topik dalam pengajaran matematika digunakan
pendekatan mengajar. Pendekatan yang digunakan bermacam-macam jenisnya. Dalam mengajarkan
suatu topik apakah materi pelajaran tersebut disajikan kepada siswa baik secara
perseorangan maupun secara berkelompok.
Setelah materi tersebut terpiih maka terdapat pertanyaan
lain, siapakah yang mengajarkannya? Guru secara perorangan atau kelompok. Atau
mungkon biasa saja materi dipelajari sendiri oleh siswa tanpa guru.
Bila guru yang memberi materi, bagaimana cara guru
memotivasi siswa agar siswa berpartisipasi, bagaimana guru mengelola kelas
sehingga pelajaran berjalan sebagaimana mestinya. Pengaturan kurikulum tersebut
disebut strategi pembelajaran.
3. Metode Pengajaran
Apakah anda tahu apa yang dimaksud dengan metode
mengajar? Metode mengajar adalah cara mengajar atau cara menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa yang kita ajar. Macam-macam metode mengajar antara lain
: ceramah, ekspositori, Tanya jawab, penemuan. Ceramah adalah suatu cara
penyampaian (memberikan informasi secara lisan terhadap siswa di dalam ruangan
tertentu, siswa mendengar dan mencatat seperlunya. Metode ceramah lebih sesuai
pada bidang non eksakta karena dianggap paling praktis. Pada metode ceramah
pengajaran berpusat pada guru, sebab guru lebih aktif berbicara dalam
menyampaikan materi.
Metode ekspositori memiliki kesamaan dengan metode
ceramah, karena sifatnya member informasi. Beda ekspositori dari ceramah adalah
dominasi guru dikurangi. Dalam metode ekspositori guru member informasi hanya
pada waktu-waktu tertentu yang diperlukan siswa, misalnya pada awal pelajaran,
atau untuk suatu topik yang baru.
4. Model Pengajaran
Istilah model pengajaran harus
dibedakan dari istilah strategi pengajaran, metode pengajaran, atau prinsip
pengajaran. Istilah model pengajaran memiliki makna yang lebih luas daripada
suatu strategi, metode, atau prosedur. Istilah model pengajaran mempunyai empat
cirri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :
rasional teoritik logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai.
Istilah model pengajaran meliputi
pendekatan suatu model pengajaran yang luas dan menyeluruh. Sebagai ilustrasi
kita coba memahami contoh pada model pembelajaran berdasarkan masalah, dimana kelompok-kelompok
kecil siswa bekerjasama menyelesaikan suatu masalah yang telah disepakati oleh
siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pengajaran tersebut,
seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan
masalah, dan berpikir kritis. Model pembelajaran pemecahan masalah dilandasi
oleh teori belajar konstruktivis, pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang
penyelesaiaanya membutuhkan kerja sama diantara siswa-siswa. Dalam model
pengajara ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi
tahap-tahap kegiatan, guru member contoh mengenai penggunaan ketrampilan dan
strategi yang fdibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru
menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya
penyelidikan oleh siswa.
Model-model pengajaran dapat
diklasifikasikan berdasarkan : tujuan pembelajaran, pola urutan dan sifatnya
lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan,
pengajaran langsung merupakan suatu model pengajaran yang baik untuk membantu
siswa mempelajari keterampilan dasar seperti table perkalian atau topic-topik
yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat. Akan tetapi model ini tidak
sesuai bila digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat
tinggi.
Yang dimaksud dengan sintaks (pola
urutan) dari suatu model pengajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur
tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan
pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pengajaran
memiliki komponen-komponen yang sama. Contonya yaitu, setiap model pengajaran
diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotifasi siswa agar terlibat
dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap
menutup pelajaran yang didalamnya meliputikegiatan merangkum pokok-pokok
pelajaran. Kegiatan merangkum dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
Tiap-tiap model pembelajaran
membutuhkan system pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda.
Misalnya pada model pengajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang
fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Jika model
ini menggunakan metode diskusi maka maka
para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal
kuda. Sedangkan jika pada metode pengajaran langsung siswa duduk
berhadap-hadapan dengan guru.
Pada model pengajaran kooperatif siswa perlu
berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pengajaran langsung siswa
harus harus tenang dan memperhatikan gurunya.
Pada modul ini yang akan dibahas
hanya meliputi tiga model pengajaran beserta contoh RPPnya yaitu model
pengajaran langsung, model pengajaran kooperatif, dan model pengajaran
berdasakan masalah.
B. Model
Pengajaran Langsung
1. Pendahuluan
Para
pakar teori belajar menggolongkan pengetahuan menjadi dua macam pengetahuan
yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural.
Pengetahuan
procedural yaitu pengetahuan bagaimana orang melakukan sesuatu. Misalnya
bagaimana melakukan operasi matematika, bagaimana langkah penyelesaian suatu
persamaan kuadrat, bagaimana melukis segi n beraturan dalam geometri, dan lain
sebagainya.
Sedangkan
pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan tentang sesuatu. Misalnya, phi
merupakan hasil perbandingan antara keliling lingkaran dengan diameter, sudut
siku-siku besarnya Sembilan puluh derajat, dan lain sebagainya.
Model
pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar
siswa berkenaan dengan pengetahuan proseduraldan pengetahuan deklaratif yang
terstruktur dengan baik dan dapat dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Pengajaran
langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek
pemahaman dengan Tanya jawab) berhubungan
erat dengan model engajaran langsung.
Pengajaran
langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada
analisis tugas. Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin
terjadinya keterlibatan siswa. Jadi lingkungan harus diciptakan yang
berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.
Ciri-ciri
pengajaran langsung adalah sebagai berikut :
1.
Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil
belajar
2.
Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan
pembelajaran.
3.
System pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
berlangsungnya dan berhasilnya pengajaran.
Pada model pengajaran langsung terdapat fase-fase yang penting, dimana pada
awal pelajaranguru menjelaskan tujuan, latar belakang pembelajaran, selain itu
guru juga menyiapkan siswa untuk memasuki pembelajaran materi baru dengan
mengingatkan kembali pada hasil belajaryang telah dimiliki siswa yang relevan
dengan materi yang akan dipelajari (apersepsi). Fase ini dilakukan untuk
memberikan motivasi pada siswa untuk berperan penuh pada proses pembelajaran.
Selain itu dilanjutkan dengan presentasi materi ajar atau demonstrasi
mengenai ketrampilan tertentu. Pada fase mendemonstrasikan pengetahuan, hendaknya
guru memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, sehingga akan
memberi dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Kemudian guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan dan memberi umpan balik
terhadap keberhasilan siswa. Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk
menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajarinyadalam kehidupan
nyata. Fase-fase tersebut diatas dapat disajikan pada table berikut ini :
Table 1
NO
|
FASE
|
PERAN
GURU
|
1
|
Menyampaikan tujuan dan menyiapkan
siswa
|
Menjelaskan tujuan, materi
prasyarat, memotifvasi siswa dan mempersiapkan siswa.
|
2
|
Mnedemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
|
Mendemonstrasikan ketrampilan atau menyajikan informasi
tahap demi tahap.
|
3
|
Membimbing pelatihan
|
Guru memberikan latihan terbimbing
|
4
|
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
|
Mengecek kemampuan siswa dan memberikan umpan balik
|
5
|
Memberikan latihan dan penerapan
konsep
|
Mempersiapkan latihan untuk siswa
dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari
|
2. Pelaksanaan
Seperti telah dinyatakan diatas bahwa pengajaran langsung akan terlaksana
dengan baik jika dirancang dengan baik pula. Ciri utama yang dapat terlihat
pada saat melaksanakan pengajaran langsung adalah sebagai berikut :
1.
Tugas Perencanaan
a.
Merumuskan tujuan pengajaran
b.
Memilih isi
Guru harus mempertimbangkan berapa banyak informasi yang
akan diberikan pada siswa dalam kurun waktu tertentu,. Guru harus selektif
dalam memilih konsep yang diajarkan dengan model pengajaran langsung.
c.
Melakukan analisis tugas
Dengan menganalisis tugas, akan membantu guru menentukan
dengan tepat apa yang perlu dilakukan siswa untuk melaksanakan keterampilan
yang akan dipelajari. Ini bukan berarti bahwa seorang guru harus melakukan
analisis untuk setiap keterampilan yang diajarkan. Hal ini disebabkan karena
waktu yang tersedia terbatas.
d.
Merencanakan waktu
Guru harus memperhatikan bahwa waktu yang disediakan
sepadan dengan kemampuan dan bakat siswa, dan memotivasi siswa agar mereka
tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. Mengenal secara
baik siswa-siswa yang akan diajar, akan bermanfaat sekali untuk memperkirakan
alokasi waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
2.
Penilaian pada model pengajaran langsung
Membahas tentang model pengajaran langsung, tentu tidak
akan lepas dari system penilaiannya. Gronlund (1982) memberikan 5 prinsip dasar
yang dapat membimbing guru dalam merancang system penilaian yaitu :
a.
Sesuai dengan tujuan pengajaran
b.
Mencakup semua tugas pengajaran
c.
Menggunakan soal tes yangsesuai
d.
Buatlah soal sevalid dan sereliabel mengkin
e.
Manfaatkan hasil tes untuk memperbaiki proses belajar
mengajar berikutnya.
3. Penerapan
C. Model
Pembelajaran Kooperatif
1. Pendahuluan
Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pengajaran kooperatif memiliki cirri-ciri
:
a.
Untuk menuntaskan belajarnya, siswa belajar dalam
kelompok secara kooperatif.
b.
Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.
Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari
beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
d.
Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada
perorangan.
Pembelajaran
kooperatif lierning mempunyai tiga tujuan penting yaitu :
a.
Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model
kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
b.
Penerimaan terhadap keragaman
Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang.
Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan
tingkat social.
c.
Pengembangan keterampilan social
d.
Model pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan social yang dimaksud
dalam pembelajaran kooperatif anatara lain adalah : berbagai tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau
menjelaskan idea tau pendapat, bekerja dalam kelompok dan lain sebagainya.
Pada
pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama, dimulai dengan langkah
guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar hingga
diakhiri dengan langkah meberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun
individu. Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga
akhir dapat dilihat pada table berikut ini :
Table 1.
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Fase
ke-
|
Inbdikator
|
AKTIFITAS/Kefgiatan
Guru
|
1
|
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
|
Guru
menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar
|
2
|
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
3
|
Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
|
4
|
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
|
Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
|
5
|
Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
|
6
|
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara untuk
menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok
|
Jika kita
perhatika langkah-langkah model pembelajaran kooperatif pada tabel diatas maka
tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas sangat dominan
dibandingkan dengan model-model pengajaran yang lain.
2. Pelaksanaan Pembelajaran kooperatif dikelas
Seperti halnya
pada model pengajaran langsung, dalam pemngajaran kooperatif juga diperlukan
tugas perencanaan, misalnya : menentukan pendekatan yang tepat, memilih
topik yang sesuai dengan model ini, pembentukan kelompok siswa, menyiapkan LKS
atau panduan belajar siswa, mengenalkan siswa kepada tugas dan perannya dalam
kelompok, merencanakan waktu dan tempat dudukyang akan digunakan.
Sehubungan
dengan salah satu tugas guru pada model ini yaitu memilih pendekatan yang
sesuai, guru dapat memilih berbagai pendekatan pada model kooperatif
yaitu : tipe STAD (student teams achiefment division), tipe jigsaw, tipe
investigasi kelompok, dan tipe pendekatan struktural. Berikut ini ditunjukkan
perbandingan diantara keempat pendekatan tersebut pada tabel 2 sebagai berikut ;
Table 2
|
PENDEKATAN
|
UNSUR
|
STAD
|
JIGSAW
|
KELOMPOK
PENYELIDIKAN
|
PENDEKATAN
STRUKTURAL
|
Tujuan
kognitif
|
Informasi akademik sederhana
|
Informasi akademik sederhana
|
Informasi akademik tingkat
tinggi dan keterampilan inquiri
|
Informasi akademik sederhana
|
Tjuan
sosial
|
Kerja dalam
kelompok
|
Kerja dalam
kelompok
|
Kerja dalam
kelompok kompleks
|
Keterampilan
kelompok dan sosial
|
Struktur
kelompok
|
Kelompok heterogen dengan 4-5
orang anggota
|
Kelompok heterogen dengan 5-6
anggota dan menggunakan kelompok asal dan ahli
|
Kelompok belajar homogeny
dengan 5-6 orang anggota
|
Bervariasi berdua, bertiga,
kelompok dengan 4-6 orang anggota
|
Pemilihan
topic
|
Biasanya guru
|
Biasanya guru
|
Biasanya siswa
|
Biasanya guru
|
Tugas
utama
|
Siswa dapat menggunakan LKS
dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya
|
Siswa mempelajari materi dalam
kelompok ahli kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi itu
|
Siswa menyelesaikan inquiri
kompleks
|
Siswa mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan baik social dan kognitif
|
Penilaian
|
Tes mingguan
|
Bervariasi,
missal tes mingguan
|
Menyelesaikan
proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes esay
|
Bervariasi
|
Pengakuan
|
Lembar pengakuan dan publikasi
lain
|
Publikasi lain
|
Lembar pengakuan dan publikasi
lain
|
bervariasi
|
Perlu diketahui
bahwa sebelum pembelajaran kooperatif dimulai, sebaiknya kepada siswa
diperkenalkan terlebih dahulu apa itu pembelajaran kooperatif dan bagaimana
aturan-aturan yang harus diperhatikan. Agar pembelajaran kooperatif dapat
berjalan lancer, sebiknya kepada siswa diberitahukan petunjuk-petunjuk tentang
yang akan dilakukan. Petunjuk-petunjuk tersebut antara lain :
1.
Tujuan pembelajaran
2.
Apa saja yang akan dikerjakan siswa dalam kelompok
3.
Jadwal pelaksanaan untuk STAD dan Jigsaw
4.
Jadwal presentasi kelaas untuk kelompok penyelidikan
5.
Prosedur pemberian nilai penghargaan individu dan
kelompok
6.
Format presentasi laporan
Selain hal
tersebut diatas perlu juga diketahui bagaimana cara membentuk kelompok, pedoman
penilaian, dan system penghargaan. Berikut ini ada beberapa contoh table format
tentang pembentukann kelompok, pedoman penilaian, dan system penghargaan.
Tabel 3. Pengelompokan Siswa berdasarkan
Kemampuan Akademik
|
|
|
|
|
|
Kemampuan
|
No
|
Nama
|
Rangking
|
Kelompok
|
Tinggi
|
1
|
|
1
|
A
|
2
|
|
2
|
B
|
3
|
|
3
|
C
|
4
|
|
4
|
D
|
Sedang
|
5
|
|
5
|
A
|
6
|
|
6
|
B
|
7
|
|
7
|
C
|
8
|
|
8
|
D
|
9
|
|
9
|
A
|
10
|
|
10
|
B
|
11
|
|
11
|
C
|
12
|
|
12
|
D
|
Rendah
|
13
|
|
13
|
A
|
14
|
|
14
|
B
|
15
|
|
15
|
C
|
16
|
|
16
|
D
|
Tabel 4. Prosedur Penentuan Nilai
Perkembangan Siswa
|
|
|
|
Langkah ke-
|
Indikator
|
Operasional
|
1
|
Menetapkan
skor dasar
|
Setiap
siswa diberikan skor berdasarkan skor kuis yang lalu
|
2
|
Menghitung
skor kuis terkini
|
Siswa
memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini
|
3
|
Menghitung
skor perkembangan
|
Siswa
mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis
terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan
skala yang diberikan dibawah ini
|
Kriteria
|
Nilai Perkembangan
|
Lebih
dari 10 poin dibawah skor dasar
|
0 poin
|
10
poin di atas skor sampai 1 poin dibawah skor dasar
|
10 poin
|
skor
dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
|
20 poin
|
Lebih
dari 10 poin di atas skor dasar
|
30 poin
|
Pekerjaan
sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)
|
30 poin
|
Tabel
5. Penghargaan Siswa Berdasarkan Kemampuan Akademik
|
|
|
|
|
|
|
Materi :
|
………………………………………………………………………………………………………
|
Kelompok
|
Nama
|
Nilai Dasar
|
Nilai Kuis
|
Nilai Perkembangan
|
A
|
Ana
|
90
|
100
|
30
|
budi
|
85
|
82
|
10
|
Cinta
|
65
|
70
|
20
|
Dodi
|
55
|
40
|
0
|
Total
|
60
|
Rata-rata kelompok
|
15
|
Penghargaan
|
BAIK
|
B
|
Agus
|
95
|
100
|
30
|
Boing
|
80
|
82
|
10
|
Cecep
|
70
|
70
|
20
|
Darno
|
40
|
100
|
30
|
Total
|
90
|
Rata-rata kelompok
|
22,5
|
Penghargaan
|
HEBAT
|
Nilai Kelompok (N)
|
15≤N<20
|
20≤N<25
|
N≥25
|
Penghargaan
|
BAIK
|
HEBAT
|
SUPER
|
3. Penerapan
Dilaksanakan pada peer teacing
D. Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1. Pendahuluan
Cirri-ciri utama
pembelajaran berdasarkan masalah meliputi suatu pengajuan petanyaan atau
masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik,
kerjasama, dan menghasilkan karya dan peragaan.
Pembelajaran
berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan
untuk :
a.
Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikirdan
keterampilan memecahkan masalah.
b.
Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
c.
Menjadi pembelajar yang mandiri
Pada model pembelajaran berdasarkan
masalah terdapat lima tahap utama dimulai dengan tahapmemperkenalkan siswa
dengan suatu masalah dan diakhiri dengan tahap penjajian dan analisis hasil
kerja siswa. Selanjutnya kelima langkah dari mofdel pembelajaran berdasarkan
masalah dapat dilihatpada table berikut ini.
Tabel
1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berdasakan Masalah
|
|
|
|
Fase ke-
|
Indikator
|
Aktivitas/Kegiatan Guru
|
1
|
Orientasi
siswa kepada masalah
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
|
2
|
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
|
Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
|
3
|
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
|
4
|
mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
|
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model. Serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
|
5
|
Menganalisa
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi ata evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
|
2. Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
a.
Tugas-tugas perencanaan
Pembelajaran berdasarka masalah yang mempunyai hakekat ineteraktifntya,
maka sudah tentu membutuhkan perencanaan, seperti halnya model-model
pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
1) penetapan tujuan
Pertama kali kita mendeskripsikan bagaimana pembelajaran
berdasarkan masalah direncanakan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti
keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa
menjadi pebelajar yang mandiri. Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah
dapat diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah di sebutkan.
2) Merancang situasi masalah lebih suka memberikan suatu
keleluasaan dalammemilih masalah untuk diselidiki karena cara ini meningkatkan
motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung
teka-teki, dan tidak terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama,
bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
3) Organisasi sumber daya dan rencana logistic
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan
bekerja dengan beragam material dan peralatan, dan pelaksanaanya dapat
dilakukan di dalam kelas, perpustakaan, laboratorium dan bahkan dapat dilakukan
duluar sekolah. Oleh karena itu tuga mengorganisasikan sumber daya dan kebutuan
untuk penyelidikan siswa haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi
guru yang menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah.
b. Tugas
Interaktif
1) Orientasi
Siswa pada Masalah
Siawa perlu memahami bahwa tujuan
pembelajaran berdasarkan masalah adalah tidak untuk memperoleh informasi baru
dalam jumlah besar, tapi UNTUK MELAKUKAN PENYELIDIKAN terhadap masalah-masalah
penting dan untuk menjadi pelajar yang mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan
masalah untuk sebuah pelajaran dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah
dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan yang menimbulkan misteri dan
suatu keinginan untuk memecahkan masalah.
2) Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Pada model pembelajaran berdasakan
masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan
saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan hal
tersebut siswa memerlukan memerlukan bantuan guru untuk merencanakan
penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Bagaimana mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok belajar kooperatif juga berlaku untuk mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok pembelajaran berdasarkan masalah.
3) Membantu
penyelidikan mandiri dan kelompok
a) Guru
membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi
pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang
dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik yang
aktif dan dapat menggunakan menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang
dihadapinya sesuai etika penyelidikan yang benar.
b) Guru
mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide itu
merupakan hal penting sekali dalam tahap penyelidikan pembelajaran berdasarkan
masalah. Selama tahap penyelidikan guru member bantuan yang dibutuhkan tanpa
mengganggu siswa.
c) Puncak
proyek-proyek pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan peragaan
artifak seperti laporan, poster, model-model fisik dan videotape.
4) Analisis
dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru pada tahap akhir
pembelajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang
mereka gunakan.
3. Lingkungan
belajar dan tugas-tugas management
Pentung untuk guru agar memiliki
seperangkat aturan yang jelas supaya pembelajaran dapat berlangsung tertip
tanpa gangguan, menangani tingkah laku siswa yang menyimpang secara cepat dan
tepat, memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok.
Salah satu masalah dalam
pengelolaan yang cukup rumit bagi guru yang menggunakan model pembelajaran berdasakan
masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individu maupun kelompok yang
menyelesaikan tugas tugas lebih awal atau terlambat, jadi daam hal ini
kecepatan penyelesaian yang dimiliki siswa berbeda.
Pada model pembelajaran berdasakan
masalah dimungkinkan siswa mengerjakan tugas multi (rangkap), sehingga waktu
penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat berbeda, konsekuensinya diperlukan
pemantauan dan pengelolaan kerja siswa yang rumit.
Kemudian pada model pembelajaran
berdasakan masalah juga sering sebagai guru menggunakan sejumlah bahan dan
peralatan, oleh karena itu pengelolaanya dapat merepotkan guru. Sehingga guru
yang efektif harus memiliki prosedur untuk pengelolaan , penyimpanan dan
pendistribusian bahan.
Dan yang lebih penting adalah sehingga
tidak boleh dilupakan adalah menyampaikan aturan dan sopan santun untuk
mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukanpenyelidikan di luar
kelas termasuk didalamnya penyelidikan di masyarakat.
4. Asesmen
dan evaluasi
Seperti halnya pada pembelajaran
kooperatif, pada pembelajaran berdasarkan masalah perhatiannya tidak pada
perolehan pengetahuan deklaratif ataupun procedural, oleh karena itu tugas
penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes kertas dan
pensil(paper and pencil test). Teknik penilaian dan evaluasi yangsesuai dengan pembelajaran berdasakan
masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa yang merupakan
hasil penyelidikan mereka. Tugas (asesmen) dan evaluasi yang sesuai untuk model
ini terdiri dari menemukan prosedur penilaian yang dapat digunakan untuk
mengukur pekerjaan siswa. Misalnya dengan asesmen kinerja dan peragaan hasil.
Adapun prosedur-prosedur yang telah disebutkan tersebut dinamakan asesmen
kinerja dan asesmen autentik, dan portofolio.
5. Penerapan
Dilaksanakan pada peer teacing